INDONESIA KU

Alat Utama Sistem Senjata semua mantra Tentara Nasional Indonesia Menuju MEF (minimum essential forces)

Selasa, 09 Oktober 2012

Foto Persiapan Marinir dalam Armada Jaya XXXI/2012

Sedikitnya 1.837 prajurit Korps Marinir terlibat dalam operasi amfibi atau pendaratan amfibi yang bersandikan "Armada Jaya XXXI/2012" di Sangatta, Kalimantan Timur, pada 9 - 22 Oktober 2012. Berikut foto - foto Persiapan marinir dalam Armada Jaya XXXI/2012.
pasukan-marinir-7.jpg
pasukan-marinir-6.jpg
pasukan-marinir-5.jpg
pasukan-marinir-4.jpg
pasukan-marinir-3.jpg
pasukan-marinir-2.jpg
pasukan-marinir-1.jpg


Sumber Foto : DetikFoto

TNI AL : Selat Malaka Semakin Kondusif

JAKARTA-(IDB) : Situasi keamanan pelayaran di perairan Selat Malaka diklaim terus meningkat seiring dengan menurunnya angka kejahatan di jalur pelayaran paling padat di dunia itu.

Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Danlanal) Batam Kolonel Laut (P) Nurhidayat menuturkan, terkait pengamanan Selat Malaka ini, sekarang belum perlu ada penempatan Kapal Perang (KRI) di perairan Kepulauan Riau. Pasalnya, keamanan perairan Selat Malaka semakin kondusif.

"Penggunaan KRI bila tingkat kerawanannya terus meningkat. Ini pun harus dilaporkan terlebih dahulu kepada gugus tempur laut (Guspurla), sebelum pengerahan kapal perang," katanya saat menerima kunjungan Puskom Publik Kemhan dan wartawan di Batam, Selasa (9/10/2012).

Meski demikian, dia juga mengakui beberapa kendala yang kerap dihadapinya dalam pengamanan Selat Malaka, seperti terbatasnya personel di Lanal Batam yang hanya berjumlah 143 orang.

Selain itu, Lanal Batam juga hanya memiliki 12 unit kapal yang digunakan untuk patroli. Karenanya, pihaknya mengajukan penambahan enam armada kapal laut untuk memaksimalkan penjagaan keamanan di wilayah itu.

Beruntung, Lanal Batam memiliki 12 unit radar sistem pengawasan maritim yang terpasang di sepanjang wilayah Sabang hingga Batam. Teknologi dari radar tersebut menurut Nurhidayat, sangat membantu dalam pengamanan wilayah tersebut. 
Sumber : Sindo

TNI Yonif 407 Padmakusuma Diberangkatkan Ke Perbatasan Malaysia

SEMARANG-(IDB) : Pasukan TNI Yonif 407 Padmakusuma diberangkatkan ke Kalimantan Timur untuk menjaga wilayah perbatasan menggunakan KRI Teluk Bone dari Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (9/10/2012). Sebanyak 650 personel akan bertugas mengamankan wilayah perbatasan selama enam bulan.
Kepala Staf Kodam IV/ Diponegoro Brigjen TNI Agus Kriswanto dalam sambutannya menekankan perlunya memahami wilayah tugas di perbatasan RI-Malaysia. Selain itu, juga harus diwaspadai berbagai kasus kejahatan yang sering terjadi di wilayah perbatasan, seperti penyelundupan, perdagangan manusia, dan pelintas batas ilegal. "Tunjukkan pengabdian, loyalitas saat bertugas, serta mengisi kegiatan di sana secara positif," kata Agus.
Nantinya pasukan ini akan menggantikan pasukan Kostrad yang bertugas sebelumnya. Nantinya pasukan Yonif 407 Padmakusuma akan menempati 29 pos di sepanjang perbatasan.
Sumber : Kompas

Armada Jaya Ajang Uci Coba Kesiapan Peralatan Tempur TNI AL

JAKARTA-(IDB) : TNI AL menguji coba sejumlah peralatan tempur dan senjata baru yang dimiliki pada kegiatan latihan perang berskala besar Armada Jaya XXXI, 9 - 22 Oktober 2012. Latihan perang itu mengambil lokasi di Perairan Indonesia kawasan timur, Laut Jawa, dan puncaknya di Sangatta, Kalimantan Timur.

"Persenjataan dan personel yang kita miliki dilatih kesiapannya, berfungsi apa tidak. Seperti orang Surabaya bilang 'Suroboyo-Gresik, ojok percoyo nek durung dicoba dhisek' (jangan percaya kalau belum dicoba dulu)," kata Kepala Staf TNI AL (Kasal), Laksamana TNI Soeparno, seusai memimpin gelar pasukan kesiapan latihan Armada Jaya 2012, di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Jawa Timur, Senin (8/10).

Sebelum pelaksanaan manuver lapangan, lebih dulu digelar gladi posko proses penahapan latihan operasi selama delapan hari pada 25 September - 2 Oktober 2012 di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal) Jakarta.

Program tahunan TNI AL ini melibatkan tidak kurang 5.500 personel, 35 kapal perang dari berbagai jenis, enam pesawat udara, satu batalion tim pendarat Marinir, dan 93 kendaraan tempur pasukan pendarat. Sebanyak 10 dari 35 kapal perang yang ikut latihan akan melakukan uji coba penembakan.
Sumber : KoranJakarta

12 Penerbang Super Tucano Di Lantik

Malang - Komandan Pangkalan Udara (Lanud) Abdulrachman Saleh Malang Marsekal Pertama (Marsma) TNI Gutomo kemarin melantik 12 penerbang peserta pendidikan konversi. Mereka disiapkan menjadi penerbang khusus pesawat tempur Super Tucano.

Menurut Gutomo, pesawat super tucano merupakan tanggung jawab bersama di Lanud Abdulrachman Saleh baik dari sisi perawatan maupun operasional. Jadi, dibutuhkan tenaga terampil, terlatih, dan bertanggung jawab untuk mengelolanya. “Empat unit pesawat yang sudah ada. Ini tentunya bisa dimaksimalkan untuk latihan bersama,” ujarnya.


Dia berharap, pendidikan konversi pendidikan ini mampu membangun sumber daya manusia yang andal di lingkungan Skadron Udara 21. Sebab para penerbang ini adalah kekuatan TNI AU di masa mendatang, demi menjaga keutuhan NKRI.


Tes Urine


Sementara itu, kemarin ratusan penerbang di Lanud AbdulrachmanSalehMalangmenjalani tes urine. Tes digelar mendadak seusai apel pagi. Menurut Kepala Rumah Sakit Lanud Abdulrachman Saleh Letkol Kes Muklis, tes ini bertujuan untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya penyalahgunaan narkoba di korps penerbang.


Dia mengatakan, tes semacam ini sebenarnya sudah rutin digelar, khususnya bagi penerbang yang akan bertugas. “Narkoba sangat berbahaya. Sudah ditemukan penerbang sipil yang mengkonsumsinya. Karena itu kami harus melakukan antisipasi,”tegasnya.


Hasil tes ini akan diketahui dalam 6-8 hari ke depan. Saat ini seluruh urine penerbang yang dikumpulkan masih diuji di laboratorium rumah sakit Lanud Abdulrachman Saleh. Penerbang yang diketahui posisitif mengonsumsi narkoba akan disanksi sesuai peraturan.

© Seputar Indonesia

Embarkasi Ranpur dan Pasukan Pendarat di KRI


Surabaya – Pasukan pendarat Marinir melaksnakan kegiatan embarkasi pasukan  dan tank amfibi serta kendaraan tempur marinir di sejumlah KRI jenis  Angkut pasukan Landing ship tank dan di kapal Markas Komando Tugas Gabungan Amfibi (Kogasgabfib) KRI Banjarmasin-592, Selasa (9/10/2012).

KRI jenis angkut pasukan yang dilibatkan dalam unsur tugas Angkut Komando Tugas Gabungan Amfibi dibawah Panglima Komando Tugas Gabungan Amfibi (Pangkogasgabfib) yang dijabat oleh Pangarmabar Laksda TNI Sadiman .S.E.


Kapal jenis angkut pasukan tersebut  KRI jenis Angkut pasukan KRI Teluk Mandar -514, KRI Teluk Ratai-509, KRI Teluk Sampit -515,KRI Celukan Bawang-532, KRI Teluk Sibolga-536 dan  dan kapal markas KRI Banjarmasin-592.

Sedangkan Unsur Tugas Bantu dilibatkan KRI Arun- 903,KRI Soeharso-990 dan sejumlah unsur penyapu ranjau KRI Pulau Rengat 711, KRI Pulau Rupat 712 dan KRI Teluk Sibolga-536 ditugaskan sebagai satuan aju dalam lintas laut manuver lapangan Komando Tugas gabungan Amfibi menuju Perairan Kalimantan Timur.


Sementara itu di Pangkalan Angkatan Laut Ujung  Surabaya dilaksanakan kegiatan peran tempur bahaya udara yang dilaksnakan oleh seluruh unsur yang disimulasikan mendapat serangan udara.

Teks Gbr- Embarkasi pasukan tank ranpur Marinir Tank amfibi PT -76, Tank  AMX-10 PAC dan  Tank BMK-3F  di kapal perang jenis angkut  Landing Ship Tank (LST) dan angkut pasukan jenis Froch di pangkalan aju dermaga Pangkalan  Angkatan Laut Ujung Surabaya, Selasa (9/10)

 Dua Unsur Parchim KRI Koarmabar Latihan Armada Jaya

kapal-subSurabaya – Dua Kapal perang jenis Parchim jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) yang terlibat dalam latihan Armada Jaya XXXI/2012 dibawah Komando Tugas gabungan Amfibi (Kogasgabfib)  sebagai  Unsur Tugas Tabir, mengikuti gelar kesiapan di pangkalan  Angkatan laut Ujung Surabaya.

Dua kapal perang jenis parchim tersebut KRI Cut Nyak Dien -375 dengan Komandan letkol laut (P) Imam Hidayat dan KRI Wiratno 379 dengan komandan Mayor laut (P)  Budi Santosa pada saat gelar pasukan melaksanakan lego jangkar dalam rangka pengecekan kesiapan personel.material dan dukungan logistik.

Dua Kapal perang tersebut bersama 3 unsur KRI dari jajaran Komando Armada RI Kawasan Timur jenis Sigma kelas yang tergabung dalam Unsur Tugas Tabir Satuan Laut Komando Tugas gabungan amfibi bertugas sebagai kapal yang akan bertugas melindungi selama manuver lapangan menuju daerah operasi di perairan Kalimantan Timur.

Suber: Kutipan dari http://garudamiliter.blogspot.com

PT. DI Bangun Dari 14 Tahun Mati Suri


BANDUNG-(IDB) : Setelah mati suri hampir 14 tahun, PT Dirgantara Indonesia berhasil bangkit kembali dengan mengantongi nilai kontrak produksi pesawat dan suku cadang mencapai lebih dari tujuh triliun rupiah hingga 2014.
Kebangkitan pabrik pesawat terbang pertama dan satu-satunya di Asia Tenggara ini adalah salah satu di antara kisah paling dramatis dalam sejarah BUMN sejak krisis moneter menenggelamkan perekonomian Negara Asia tahun 1997-1998.
Tetapi bagaimana sebuah perusahaan produsen pesawat yang sempat membuat cetakan panci dan antena parabola untuk bertahan hidup dapat bangkit kembali begitu rupa?
"PTDI bisa bertahan karena kami melakukan berbagai hal supaya bias tetap hidup. Meskipun pengalaman sangat pahit termasuk membuat cetakan panic dan antena tersebut, kami bisa selamat," kata Rahendi Triyatna, pejabat senior Humas PTDI.
Dari sebuah perusahaan raksasa dengan pegawai hampir mencapai 16.000 orang, PTDI harus mengurangi karyawan secara drastic hingga kurang dari seperempatnya. International Monetary Fund (IMF) yang memberi dana penopang hidup untuk keuangan negara yang sedang sekarat di ujung pemerintahan Suharto, memberi syarat pengetatan anggaran habis-habisan.
BUMN dengan basis teknologi yang dianggap kurang menguntungkan seperti PTDI dinilai merupakan bentuk pemborosan.

‘Hijau’

Keuangan PTDI terus-menerus dinyatakan dalam zona merah atau mengutang sejak saat itu. Baru pada tahun lalu dengan pendapatan sekitar Rp1 triliun, perusahaan pelat merah asal Bandung itu dinyatakan sehat kembali dengan sisa utang kepada pemerintah ditulis sebagai bentuk penyertaan modal.
“Dengan demikian sekarang (keuangan) kita ‘hijau’ lagi, dan kita bias mulai agesif cari proyek baru,” tambah Rafendi berseri-seri.
PTDI antara lain memenangkan tender untuk pemesaan empat pesawat patroli pantai Angkatan Bersenjata Korea Selatan senilai sekitar US$49,45 juta.
Ini bukan tender sembarangan, kata Rafendi, karena PTDI harus bersaing dengan dua pabrikan senjata ternama dari Eropa.
“Saya tak usah sebutkan namanyalah, tapi yang jelas ini merupakan bentuk pengakuan internasional bahwa kualitas CN235 kita memang paling sesuai.”
PTDI juga memproduksi helikopter dengan lisensi Bell Textron dan Eurocopter untuk jenis Super Puma. 
Pesawat jenis CN235, bermesin ganda dan didesain mampu menampung penumpang hingga 45 orang memang andalan produksi PTDI sejak dibangun tahun 1976 oleh Bachrudin Jusuf Habibie, bapak teknologi Indonesia.
Pesawat ini dianggap handal untuk kebutuhan patroli pantai, alat angkut logistik dan penumpang jarak menengah, yang kini sedang diincar PTDI adalah pesanan CN294, lebih besar dari PTDI dan hak cipta pengembangannya didapat dari Airbus Military, sebuah perusahaan pembuat pesawat dari Spanyol.
“Kita sudah lama kerjasama dengan mereka, dan sekarang kita teken kesepakatan bahwa jika ada pesanan CN295 di kawasan Asia Pasifik maka yang kerjakan kita,” tambah Rafendi bangga.
Hingga 2014, PTDI harus menyelesaikan pesanan enam unit CN235 untuk TNI AL dan AU.
Tujuh unit helicopter N-Bell 412EP TNI AD dan AL, sedang menyelesaikan dua unit heli Superpuma untuk TNI AU, dan belasan heli lain harus dikerjakan sebelum penyerahan usai tahun 2014.
Sementara untuk CN295 PTDI akan memproduksi sembilan unit untuk TNI Al dan AU yang akan diselesaikan dalam tiga tahun mendatang.
"Yang CN295 ini kita selesaikan bersama Airbus Military," tegas Rahendi.
Yang juga jadi penopang pendapatan penting bagi PTDI adalah kontrak pemasok suku cadang yang datang dari sejumlah pabrikan besar pesawat seperti Airbus yang diproduksi di Inggris.
“Kami adalah single source untuk sayap yang melekat ke badan Inboard Outer Fixed Leading Edge untuk Airbus 380, kita sudah mengirim 137 shift set,” kata Rahendi.
Sementara untuk produksi Airbus 320-321, PTDI bertindak sebagai sub kontraktor dari Spirit Aerosystem asal Inggris yang menyediakan komponen utama pesawat.
“Kita dinyatakan sebagai subkontraktor terbaik selama tiga tahun berturut-turut dan sudah mengirim 2400 shift set komponen.”
Layanan lain yang disediakan PTDI adalah bengkel perawatan pesawat, yang saat ini menangani sejumlah pesawat dari maskapai dalam negeri dan maskapai asing Asia.

‘Tukang jahit’

Meski nampak mengalami kemajuan serius kinerja PTDI bukan tanpa cacat.
Meski standard diakui internasional, sebagian produk PTDI dinilai masih tak seideal yang diharapkan. TNI AU yang paling banyak memakai produk mereka mengeluhkan hal ini.
“Kalau produk sudah lama jadi sih, komplain kita minim. Tapi kalau produk masih baru, masih harus dikejar terus sesuai persyaratan kita,” kata Marsekal Imam Sufaat, Kepala Staf TNI AU.
Dari sekitar 4000 karyawan PTDI, 1500 diantaranya adalah lulusan sekolah kejuruan.
Imam yang juga menjabat sebagai salah satu komisaris PTDI mengakui kesulitan utama pengembangan produk di PTDI adalah pada persoalan alih teknologi dari Negara maju pada engineer PTDI
“Jadi airframe pesawat tidak sulit tapi buat engine, avionic yang canggih itu yang susah. Jadi umpamanya bikin baju kita masih tukang jahit,” tambah Imam mengajui.
Rahendi Triyatna tidak membantah masih banyak yang harus dilakukan untuk mengatrol kualitas produk akhir buatan PTDI. Apalagi waktu 14 tahun terakhir yang mestinya dipakai untuk mematangkan laboratorium teknik PTDI, harus hilang akibat krisis.
"Kita sedang bekerjasama dengan Korea Selatan untuk tahap awal pengembangan desain pesawat tempur, juga dengan Turki. Memang masih jauh tapi kita akan terus upayakan,” kata Rahendi.
Setidaknya dengan kontrak yang ada saat ini, PTDI sudah berancang-ancang untuk mulai melakukan rekrutmen baru.
Ruang untuk insinyur yang kini baru diisi 800 orang akan diperluas dengan lulusan-lulusan baru terbaik dari berbagai universitas ternama di Indonesia.
Bahkan muncul gagasan untuk menarik kembali para ahli rancang bangun pesawat eks karyawan yang pada tahun 2000 terpaksa diberhentikan dan kini tersebar di berbagai pabrik pesawat di dunia.
Sumber : Tribunnews