Dalam IDAM 2012, boleh dibilang untuk senjata ringan tidak ada hal
yang benar-benar baru. Yang paling getol membawa berbagai jenis senapan
serbu dan pistol hanyalah Rosoboronexport dari Rusia, Modiar dari
Azerbaijan, dan Cekoslovakia. Modelnya juga tak jauh-jauh dari keluarga
besar AK, jadi rasanya hambar seperti salah satu kawan kami, Didik
Sudharmaji yang dengan berbagai alasan tidak jadi ikut dengan regu ARC
untuk mengunjungi IDAM di detik-detik terakhir.
Namun saat berkeliling dalam rangka mencari berbagai brosur dan
leaflet untuk bahan koleksi, pandangan mata kami yang memang suka
jelalatan memandangi spg-spg, yang dalam pameran kali ini masih banyak
didominasi oleh pria dan wanita berkebangsaan asing. Mata kami tertumbuk
pada salah satu stan yang dibuka oleh agen. Sepasang senapan berbahan
polimer merk Beretta berdiri diatas stand. Yang berwarna hitam
menggunakan magasen STANAG milik M16, sementara yang berwarna FDE (Flat
Dark Earth) menggunakan magasen M16. Senjata apakah gerangan? ARC
termasuk jarang melihatnya.
Beruntung, sales berkebangsaan Italia
yang berdiri di dekat stand dengan ramah mencoba menjelaskan, dan
menjadi antusias ketika ARC menyebutkan bahwa rombongan datang dari ARC,
situs independen penggila hal-hal berbau pertahanan dan alutsista.
Belum lagi wajah salesnya yang khas mediteran, membuat sekjend ARC,
Dicky, tak lepas-lepas memandangnya.
Penulis
sekilas sudah mengetahui, kalau senjata yang satu ini namanya ARX-160,
bagian dari rencana Italia untuk mengembangkan prajurit masa depannya
dengan nama Soldato Futuro. Senapan serbu tersebut dibuat oleh Beretta,
pabrik senjata tertua di tataran Eropa dan mungkin dunia. Senapan
berbahan polimer? Penulis awalnya skeptis. Senapan polimer tidak hanya
dibuat oleh Beretta saja. Ada Magpul Masada yang dibuat rajanya polimer
alutsista, MagPul Company.
Namun
saat melihat penjelasan sang sales representative yang bersemangat,
kami jadi tertarik juga. Dan tidak percuma. ARX160 bolehlah disebut
sebagai senapan inovatif. Desainnya sama sekali tidak menggunakan pin,
dan banyak menggunakan latch alias tuas. Untuk membuka, menggeser, dan
menukar versi cukup dengan sentuhan pada tuas, tanpa pin sama sekali.
Satu pin diperlukan hanya ketika memasang pelontar granat 40mm.
Desainnya sangat ergonomik dan betul-betul memikirkan kebutuhan misi
dari si operator. Larasnya bisa diganti-ganti dengan mudah. Mau karabin?
Ada laras 16”. Mau pertempuran jarak dekat? Dengan satu tombol laras
bisa lepas dan diganti dengan laras 12”. Keren! Receivernya juga bisa
dipertukarkan, antara 7,62mm dan 5,56mm. Bolt 7,62mm (katanya) bisa
masuk ke carrier 5,56mm, walaupun dalam presentasi terjadi technical
glitch karena perbedaan versi. Si hitam adalah varian A1, sementara si
FDE adalah A2.
Kata yang menjual, ARX-160 sudah dipinang salah satu kesatuan khusus
Indonesia, dan sedang dalam pertengahan ujicoba mendalam. Hmmmm....
Vivere Pericoloso alias tahun ngeri-ngeri sedap kalau kata kami….
Sumber: ARC