INDONESIA KU

Alat Utama Sistem Senjata semua mantra Tentara Nasional Indonesia Menuju MEF (minimum essential forces)

Jumat, 01 Maret 2013

TNI AD Berencana Beli 20 Helikopter Black Hawk


TNI Angkatan Darat (AD) akan membeli 20 unit helikopter tempur jenis Black Hawk dari Amerika Serikat untuk memperkuat alat utama sistem persenjataan (alutsista).

“Saya sedang berkomunikasi dengan satuan pembuat atau negara pembuat, Insya Allah kalau diizinkan dan data itu ada, kami akan membeli Black Hawk 20 unit dari Amerika,” kata KSDA, Jenderal TNI Pramono Edi Wibowo, kepada wartawan di Makodam Iskandar Muda Aceh, Senin (11/2/2013).

TNI AD, kata dia, juga memesan 20 unit helikopter serba guna jenis Bell 412 EP. Dari 20 unit yang dipesan, 10 unit di antaranya sudah kelar.

Heli tersebut akan dijadikan cadangan pusat dan dibagi kepada satuan-satuan utama TNI AD di Indonesia. “Agar lebih mudah untuk mengendalikan keamanan,” terang Pramono.

Menurutnya, penjagaan keamanan wilayah NKRI, khususnya di Aceh, saat ini berjalan baik. Kepada semua pihak di Aceh, Pramono berpesan agar terus menjaga perdamaian dan keamanan untuk pembangunan Aceh lebih baik.

Black Hawk Jadi Alternatif Apache 


Rencana pembelian helikopter Black Hawk asal Amerika Serikat menjadi alternatif jika negosiasi harga heli Apache buntu. Kalau anggaran alat utama sistem persenjataan tercukupi, rencana pembelian heli serbu ini ditargetkan rampung pada 2014 mendatang.

"(Pembelian Black Hawk) itu masih rencana dari bawah (TNI AD)," ujar juru bicara Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Bambang Hartawan, kepada Tempo, Selasa, 12 Februari 2013. Dia mengatakan, harga heli Apache itu memang sangat mahal. "Hingga kini masih dalam tahap negosiasi," kata dia.

Pembelian delapan unit heli Apache Longbow AH 64D sebelumnya sudah mendapatkan persetujuan dari kongres Amerika Serikat. Namun, pembelian Apache maupun Black Hawk diakui masih terkendala anggaran. "Kalau anggarannya cukup semoga bisa terwujud," ujar Bambang.

Harga per unit heli Apache sendiri diperkirakan mencapai US$ 40 juta atau sekitar Rp 38,5 miliar. Kementerian Pertahanan dan TNI AD sebelumnya sudah menandatangani kontrak pengadaan heli serbu dan heli serang dengan PT Dirgantara Indonesia. Kontrak tersebut masing-masing bernilai US$ 90 juta dan US$ 170 juta.

Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Pramono Edhie Wibowo menyatakan minatnya untuk membeli 20 unit helikopter Black Hawk. "Kalau diizinkan dan ada dana, kami akan memesan sebanyak 20 unit dari Amerika Serikat," katanya, di Banda Aceh, kemarin.

Sumber : Okezone

Akhirnya TNI AD Jatuhkan Pilihan Ke Black Hawk


Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Pramono Edhie Wibowo lebih memilih membeli helikopter Black Hawk daripada Apache.

Sebab harga Apache lebih mahal dua kali lipat daripada Black Hawk. "Kami masih mengkaji terus. Black Hawk menjadi pilihan bagus," kata Pramono di Mabes TNI AD, Senin (25/2).

Dijelaskannya, pada awal kunjungan ke pabrik helikopter di Amerika Serikat, harga Apache sebenarnya masih standar. Meski tidak menyebut harga, Pramono tampak kecewa ketika menjelang persetujuan pembelian harganya meningkat.

Karena hanya mendapat alokasi 200 juta dolar AS, pihaknya akhirnya lebih membeli helikopter Black Hawk. "Harga tidak boleh dinaikkan. Pas datang harga sesuai, pasti deal harga naik. Siapa yang menaikkan? Saya tidak tahu," cetus Pramono.

Terkait pengadaan tank tempur utama Leopard, Pramono mengatakan tinggal penyelesaian pembayaran. "Leopard pada tahap penyelesaian di Kemenhan," ujarnya.
Sumber : Republika

China Gelontorkan 152 T Untuk Riset Engine Pesawat

Sekitar Rp 152 triliun untuk program pengembangan mesin pesawat buatan karya mereka sendiri.

Dikutip dari Reuters, Kamis (28/2/2013), sumber dari kantor berita Xinhua mengatakan, pemerintah China ingin mengurangi ketergantungannya pada produsen pesawat asing seperti Boeing, Airbus, General Electric, dan Rolls Royce seiring dengan meningkatnya kebutuhan pesawat Negeri Tirai Bambu ini.

Sejauh ini, industri pesawat terbang China gagal membangun produk mesin pesawat yang andal, dan masih bergantung pada Rusia dan negara Barat baik untuk komersial maupun militer.

Xinhua juga mewawancarai seorang profesor ahli dirgantara dari Universitas Beijing yang mengetahui bahwa dana Rp 152 triliun itu akan digunakan China untuk melakukan pengembangan riset teknologi, desain, dan material untuk industri pesawat.

Proyek pengembangan pesawat lokal ini sedang dalam proses perizinan dari dewan negara.

Perusahaan yang akan mengikuti proyek ini disebut-sebut adalah Shenyang Liming Aero-Engine Group Corp, AVIC Xi'an Aero-Engine (Group) Ltd (600893.SS), dan banyak lembaga riset China lainnya.

Aviation Industry Corporation of China (AVIC) merupakan kontraktor pesawat komersial dan militer terbesar di China. Perusahaan in telah melobi pemerintah China untuk menggelontorkan dana besar guna membangun mesin jet berteknologi tinggi.

Saat in industri militer dan dirgantara China telah dilarang menjual produk-produknya karena embargo negara-negara Barat usai kerusuhan di Tiananmen.

Industri penerbangan China dikabarkan akan menggelontorkan 300 miliar yuan (US$ 49 miliar) guna mengembangkan mesin jet dalam dua dekade ke depan.
Sumber : Detik

Korea Hentikan Pendanaan KFX untuk 2013

Desain KFX/IFX
PROYEK perancangan pesawat tempur generasi 4,5 KFX yang dikerjakan Korea dan Indonesia memasuki masa yang tak jelas. Kekuatiran ini menyeruak setelah belum lama ini Pemerintah Korea Selatan memutuskan memotong anggaran proyek ini untuk 2013. Pemotongan anggaran dilakukan atas dua pertimbangan, yakni perkembangan ancaman dan keamanan regional yang telah sedemikian mengkuatirkan, serta pembatalan Turki yang semula akan ikut menanggung pembiayaan KFX. Demikian ungkap sumber Angkasa di Korea Selatan.

Juga merujuk pemberitaan media setempat, terungkap, langkah drastis tersebut terpaksa diambil karena Seoul sudah tak sabar menunggu jet tempur masa datangnya muncul sementara negara-negara di sekitarnya telah tampil dengan berbagai persenjataan baru yang mematikan. Mereka akhirnya mengaku berat menyandang beban tanggung-jawab pendanaan KFX sebesar 80% (Indonesia menanggung 20%) setelah Turki mengundurkan diri dari rencana keikutsertaannya. Korea Selatan tampak benar-benar cemas dengan kemunculan Sukhoi T-50 dari Rusia, indigenous stealth J-20 dari China, dan sebentar lagi ATD-X dari Jepang. Pengembangan roket balistik Korea Utara yang seakan tak terbendung AS – seperti Unha-3 yang akhir Desember ini akan diluncurkan -- pun ikut membuat mereka semakin panik.

“Korea Selatan tak bisa terus-menerus melihat perkembangan tersebut dengan hanya mengandalkan 120 jet tempur dari era 1980-an,” ujar sumber Angkasa. "Begitu pun Pemerintah Korea masih akan memegang komitmennya pada KFX dengan menyiapkan 4,15 juta dollar untuk melanjutkan feasibility study pada tahun 2014," tambahnya mengutip janji Pemerintah Korea Selatan.

Di tengah kepanikan itu, Seoul akan segera menjatuhkan pilihan untuk mengalihkan anggaran pertahanannya ke proyek pesawat tempur yang lebih canggih dari jet-jet tempur stealth yang dinilai menjadi ancaman serius bagi wilayah udaranya. Mereka akan segera memilih Boeing atau Lockheed Martin (LM) yang gencar menawarkan kerjasama pembuatan jet tempur generasi ke-5 yang diberi nama FX-III. Besar kemungkinan, pemerintah akan memilih Boeing yang telah menyodorkan konsep F-15 Silent Eagle ketimbang LM yang menjanjikan F-35 Lightning II versi murah meriah.

Jika bola bergulir tanpa hambatan, FX-III akan menjadi jet tempur generasi ke-5 pertama yang dirilis Paman Sam untuk negara luar. Korea Selatan kabarnya telah menyiapkan 10 triliun won atau sekitar 8,96 miliar dollar untuk pembuatan 60 unit pesawat ini. Besar kemungkinan situasi keamanan regional akan mendorong pembuatan pesawat ini lebih cepat setahun, sehingga rakyat Korea Selatan bisa melihat pesawat ini terbang pada 2015.

Rencana pembuatan FX-III pernah dibicarakan pada 1990-an, namun terlupakan akibat terjangan krisis finansial dunia pada 1997 dan 2008. Oleh karena KFX melibatkan Indonesia, kelanjutan perancangan jet tempur yang telah dimulai sejak dua tahun lalu ini pun menempatkan Indonesia di persimpangan jalan. Pemerintah Korea Selatan tak pernah mengatakan proyek ini dihentikan, namun penghentian anggaran untuk KFX dan beralihnya perhatian Korea Selatan ke program FX-III semestinya perlu dicermati secara serius.(adr)

Angkasa

Indonesia China Matangkan Kerjasama Produksi Rudal, UAV Dan System Pertahanan Elektronik


Indonesia dan Republik Rakyat China sepakat memperluas kerja sama pertahanan untuk meningkatkan profesionalisme angkatan bersenjata kedua negara, hubungan lebih baik kedua pihak serta guna mendukung stabilitas keamanan kawasan khususnya di Asia.
   
Demikian pokok bahasan dalam Forum ke-5 Konsultasi Pertahanan Indonesia-China di Beijing, Kamis. Dalam forum itu, delegasi Indonesia dipimpin Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin sedangkan delegasi China dipimpin Wakil Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata China Letnan Jenderal Qi Jian Guo.
        
Dalam dokumen resmi yang diterima ANTARA di Beijing, dalam pertemuan tertutup itu dibahas berbagai kerja sama pertahanan yang telah dijalin dan akan dilakukan di masa depan oleh kedua negara.
        
Sejak Forum Konsultasi Pertahanan Indonesia-China dibentuk pada 2007 berbagai kerja sama telah dilakukan kedua negara seperti pendidikan perwira, latihan bersama pasukan khusus kedua negara, pelatihan pilot pesawat tempur Sukhoi TNI-Angkatan Udara, kerja sama industri pertahanan dan pembelian sejumlah alat utama sistem senjata.
        
Untuk bidang pendidikan dan pertukaran perwira, sejak 1967 sudah 107 personel militer Indonesia yang belajar di China. Saat ini tercatat 12 orang perwira militer Indonesia yang belajar di China, demikian dikutip dari dokumen itu.
        
Sedangkan China hingga kini telah mengirimkan delapan orang perwira militernya.
        
Untuk latihan bersama, Indonesia dan China telah dua kali menggelar latihan bersama antara Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat dengan Pasukan Khusus Angkatan Bersenjata China (People's Liberation Army/PLA) dengan sandi "Sharp Knife".
        
Kerja sama antarpasukan khusus dalam penanggulangan terorisme, akan terus ditingkatkan dan diperluas. Kedepan mungkin dapat dilakukan latihan bersama untuk menghadapi ancaman non tradisional seperti penanggulangan bencana alam, demikian sperti dikutip dalam dokumen itu.
        
Sedangkan dalam bidang industri pertahanan kedua negara telah sepakat untuk memproduksi bersama rudal C-705. Hingga kini Indonesia dan China masih membahas proses pelaksanaan alih teknologi dalam pembuatan rudal C-705.
        
Selain C-705 Indonesia dan China akan membahas lebih lanjut alih teknologi pesawat tanpa awak, serta sistem pertahanan elektronik
   
Forum ke-5 Konsultasi pertahanan Indonesia-China, yang berlangsung hingga Kamis petang juga dibahas berbagai perkembangan situasi keamanan regional khususnya di Asia Pasifik, termasuk isu di Laut China Timur dan Laut China Selatan. 
Sumber : Antara

Situasi Politik Korsel Pengaruhi Program KFX/IFX


Meski tetap berusaha optimis, sinar kegalauan tampak tak bisa ditepis dari wajah Prof. Dr. Eddy S. Siradj. Dalam Lokakarya Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional RI yang berlangsung Kamis (20/12) di Gedung BPPT, Jakarta, dengan bersemangat Kabalitbang Kementerian Pertahanan ini memaparkan panjang lebar kisah perancangan jet tempur masa depan KFX/IFX (Korean-Indonesian Fighter Experiment) yang tengah digarap Indonesia dan Korea Selatan. Proyek prestise bilateral ini dikatakan baru saja menyelesaikan tahapan Technology Development, dan akan masuk ke tahapan Engineering Manufacturing Development. Ia tak bergeming ketika sejumlah peserta lokakarya menanyakan soal kesanggupan teknis dan finansial Indonesia.

“Kebijakan pemerintah untuk bekerja sama dengan Korea Selatan membuat KFX/IFX sudah disepakati pada 2009. Pemerintah optimis, masak saya selaku pelaksana tidak optimis?” tangkis Eddy menjawab pertanyaan kritis pengamat kedirgantaraan Chappy Hakim soal penyelesaian program ini. Mantan KSAU ini juga mempertanyakan kenapa justru bekerja sama dengan Korea? Ia rupanya risau terhadap efek Korea sebagai negara yang masih dalam status perang (dengan Korea Utara). Dalam kondisi seperti itu dikuatirkan Indonesia hanya akan menjadi bagian dari kepentingan Korea. Chappy juga mengkritisi soal KFX/IFX yang masih terbilang varian F-16. “Kenapa kita tidak buat yang benar-benar baru saja sekalian?” tanyanya.

Tapi lain halnya ketika Angkasa menanyakan soal upaya pemotongan anggaran pengembangan KFX untuk 2013 yang telah digelindingkan Pemerintah Korea. Rona wajahnya segera berubah. Ia tiba-tiba agak galau. “Ya itu, memang masalah itu pula yang tengah merundung teman-teman enjinir KFX/IFX di sana. Kini di Korea, untuk penggarapan proyek ini, ada 140 enjinir, 30 persen di antaranya dari Indonesia. Mereka masih sama-sama menunggu keputusan yang akan dibuat Parlemen Korea. Keputusan itu belum ada karena Korea baru akan membentuk parlemen yang baru usai terpilihnya Park Geun-hye sebagai presiden belum lama ini. Kini, kelangsungan KFX/IFX memang praktis tergantung pada situasi politik di sana,” tuturnya.

Seperti diberitakan www.angkasa.co.id, 6 Desember lalu, pemerintah Korea akan memotong anggaran pengembangan KFX untuk 2013 atas pertimbangan perkembangan ancaman dan keamanan regional, serta oleh sebab pembatalan keikutsertaan Turki dalam proyek ini. Di lain pihak, oleh karena China dan Jepang telah sama-sama membuat jet tempur generasi ke-5, Pemerintah Korea belakangan kian tertarik pada pesawat tempur setingkat yang telah lama ditawarkan Boeing, AS, yakni F-15 Silent Eagle. Pengalihan perhatian ini dikuatirkan akan menyedot anggaran yang tak kecil dan akan mengganggu proyek KFX/IFX yang sedang berjalan.

Mendampingi Eddy Siradj, Prof. Dr. Muljo Widodo, salah seorang pimpinan Tim Enjinir Indonesia, menjelaskan, kedua pihak sudah menyelesaikan tahap Feasibility Study dan Technology Development, sesuai jadwal yang telah ditentukan. Selanjutnya kedua tim akan masuk ke tahapan Engineering Manufacturing Development lalu terakhir Production. Kedua tim telah mengurai ada sebanyak 432 core technology yang akan diemban jet tempur generasi 4,5 ini, di mana 48 di antaranya belum dikuasai. Teknologi yang masih harus dipelajari ini umumnya ada di seputar kemampuan menghindar dari radar. Begitu pun kedua pihak sudah saling mengetahui kelebihan masing-masing.

Lain politisi, lain pula yang dipikirkan kaum teknokrat. Dua tahun bekerjasama rupanya telah membuat kedua tim enjinir mengenal cukup mendalam. Di mata tim Indonesia, Korea dinilai  telah memiliki kemampuan membuat hampir semua sub-sistem yang diperlukan KFX. Sementara di mata tim Korea, Indonesia dinilai luar dugaan karena telah menguasai segi Air Combat System yang semula dianggap amat sulit. Jika semua tahapan berjalan lancar, Block 1 dari pesawat ini akan masuk tahapan produksi pada 2020. Setelah itu, kedua negara akan berpisah melakukan sendiri proses upgrading sesuai kebutuhan masing-masing. Namun, sekali lagi, jalan ke arah itu akan ditentukan perkembangan mendatang, setelah Parlemen Korea yang baru terbentuk.

Angkasa

Antara Apache dan Super Cobra

Super Cobra
KINI, Kementerian Pertahanan tengah menimbang-nimbang helikopter serang mana yang sebaiknya dipilih? AH-64 Apache, UH-1Z Super Cobra atau UH-60 Blackhawk. Percaya atau tidak, skenario menimbang-nimbang ini juga dilakukan Marinir AS – penggunan utama heli ini di AS yang sadar akan keterbatasan anggaran. Dan, pilihan ternyata jatuh pada AH-1Z. Kenapa? Bukan saja, karena harganya lebih murah, tapi ada sejumlah pertimbangan teknis sehingga mereka memilih Super Cobra.

Meski helikopter ini akan dibeli untuk memperkuat Penerbad, Pemerintah RI seyogyanya menyimak pula pertimbangan Marinir AS. Alasannya ternyata simpel saja. Di antaranya, pertama, yakni bahwa Super Cobra mudah diterbangkan. Bagi Marinir AS ini sangat penting untuk melatih para penerbangnya. Mantan penerbang heli CH-46 Sea Knight  AS mengaku cukup melakukan familiarisasi 45 menit untuk bisa menerbangkan heli yang ukurannya lebih mungil dari Apache ini. Oleh karena bodinya yang mungil ini pula, sang heli mudah diangkut kemana-mana dengan kapal perang atau pesawat angkut. 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3cjOn-YVe-hjzFXlCXOONfJ_lgYchdfmA1YeoLIkKvPituRqeLhOHgkxN2j68cqqyXreYvuG8rgNcKu2YRNw2NuJCMTL9ejNNVAjifm_cl6HbGaJDtVAQG6ALSv2ulxIdpb8PNcWMUYg/s1600/ah6409.jpg
Apache AH64D
Kelebihan kedua, oleh karena bodinya lebih kecil dari Apache dan lajunya lebih lincah, musuh diyakini pula lebih sulit memburu Super Cobra. Pertimbangan ini amat krusial khususnya setelah menyimak pengalaman tempur di Irak. Membidik Super Cobra pada kenyataannya memang jauh lebih sulit ketimbang membidik Apache. Begitu pun, sejumlah Apache yang jatuh di Irak dikatakan bukan oleh karena badannya yang relatif besar, tapi lebih karena suaranya yang sudah amat dikenali pejuang Irak. Di Irak, Apache adalah sasaran berharga bagi para pejuang penyandang RPG (Rocket Propelled Grenade), sehingga mereka dilatih untuk mengenali suaranya dari jauh.

Di Irak, Apache toh merupakan andalan AD AS untuk menghajar tank-tank Irak. Begitu pun, kemampuan ini muncul bukan karena kelincahannya, tetapi oleh karena dia memiliki rudal antitank Hellfire yang bisa ditembakkan dari jarak jauh. Tapi kalau untuk pertempuran jarak dekat, kebanyakan tentara AS mengaku lebih menyukai Super Cobra. Itu sebab Super Cobra kerap disebut sebagai rajanya pertempuran jarak dekat. Kabarnya, jika saat ini harga Apache sudah melambung jadi 35-40 juta dollar per unit, Super Cobra masih di sekitar angka 15-20 juta dollar.

UH60 Blackhawk
Super Cobra adalah varian atau revisi perbaikan dari Cobra. Revisi dilakukan setelah AD AS menemukan berbagai kekurangan Cobra di medan pertempuran di Asia. Super Cobra memiliki jangkauan tempur tiga kali lebih jauh dan mampu mengangkut persenjataan dua kali lebih banyak dari Cobra. Heli serang berkursi dua ini adalah buatan Bell Textron. Versi pertamanya, AH-1W, dengan baling-baling berbilah dua, diproduksi tahun 1986. Pada tahun 2000, Bell Textron merevisinya menjadi AH-1Z yang jauh lebih powerfull, baling-baling berbilah empat, dengan sistem pembidikan target yang lebih canggih.

Lalu bagaimana dengan UH-60 Blackhawk. Dibanding Apache dan Super Cobra, heli ini tentu jauh lebih “lembut”. Itu karena pada dasarnya Blackhawk lebih dirancang untuk angkut pasukan. Dia memang bisa diperlengkapi persenjataan untuk serang darat, tapi bodinya yang besar akan menyulitkan dirinya melakukan manuver serangan itu di udara. 

Jadi baiknya, pilih yang mana ya? 

Sumber : ARC

Proyek KFX RI-Korsel Dihentikan Karena Korea Utara

 

Proyek pembangunan pesawat tempur bersama antara Indonesia-Korea Selatan, Korean Fighter Experiment (KFX), yang dibatalkan ternyata memang sudah banyak diragukan sejak awal.

Menurut Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR, Tubagus Hasanuddin, ada berbagai keraguan yang muncul di kalangan pemerhati militer, hubungan internasional, dan industri senjata atas proyek itu.


"
Pertama, karena kalau membuat pesawat supercanggih dengan Korsel, itu bisa memperburuk politik luar negeri Indonesia. Kaitannya dengan Korea Utara. Kalau dilanjutkan, seakan ada keberpihakan kita untuk membuat senjata penghancur Korut," jelas Hasanuddin di Jakarta, Jumat (1/3).

Kedua, teknologi KFX itu ujung-ujungnya adalah teknologi dari Amerika Serikat, yang menimbulkan keraguan bahwa keberlangsungan proyek akan sangat tergantung dengan kepentingan AS di regional Asia Pasifik.


"
Ini pertanyaan, kenapa kita tak kerjasama dengan negara yang jauh dari kepentingan kawasan? Saat itu pernah disarankan kita kerjasama dengan Turki yang lokasi kawasannya jauh," tutur Politisi PDI Perjuangan itu.

Dia melanjutkan bahwa secara pribadi menilai harus ada langkah negara untuk berusaha mempertahankan keberlanjutan proyek itu. Dengan demikian, kerugian negara bisa dihindarkan.


"
Saya kira pemerintahan selanjutnya harus meneruskan proyek ini. Jangan sampai kerugian ini pergi begitu saja," tandas Purnawirawan TNI bintang dua itu.

Sebelumnya, Hasanuddin menyatakan bahwa proyek KFX itu sudah dihentikan secara sepihak. Akibatnya, negara dirugikan sekitar Rp 1,6 triliun dari uang yang sudah disetorkan ke proyek itu.


"
Kami sudah mendapatkan informasi, dalam beberapa hari belakangan ini, Pemerintah Korea Selatan sudah membatalkan secara sepihak perjanjian pembuatan pesawat tempur KFX," kata Hasanuddin.

Dia menjelaskan bahwa sebenarnya proyek KFX itu tak pernah secara jelas dilaporkan Pemerintah ke DPR. Selama ini, pihaknya hanya mendapat laporan dari pernyataan Kementerian Pertahanan yang dikutip media massa.


Secara resmi, Pemerintah tak pernah mengajukan anggaran untuk Proyek KFX ke DPR secara resmi dan terbuka.


"
Dibikin untuk kebutuhan penelitian dan pengembangan. Kemenhan mengeluarkan uang Rp 1,6 T. Selain itu sudah ada sekitar 30 orang dari PT.DI yang ikut mendisain pesawat itu di Korea Selatan," ujar Politisi PDI Perjuangan itu.

Kerjasama Indonesia-Korea Selatan untuk membangun pesawat supercanggih, yang dianggap jauh lebih canggih dari pesawat tempur F-16, sudah bergulir sejak 2001.


Proyek itu dibiayai secara bersama oleh Indonesia dan Korea Selatan, dengan pihak Indonesia diwajibkan menyetor sekitar 20 persen dari total US$ 8 miliar ( Rp 77,4 triliun) yang dibutuhkan.


Seorang Pejabat Kementerian Pertahanan Indonesia pernah menyatakan bahwa Pemerintah sudah menganggarkan Rp 1,35 triliun untuk keperluan proyek itu. Harapannya tahun ini akan ada lima prototipe pesawat tempur yang sudah selesai.


 Proyek Pesawat Tempur KFX-Korea Distop, Negara Diduga Rugi Rp 1,6 T

Proyek pembangunan pesawat tempur canggih Indonesia-Korea Selatan, Korean Fighter eXperiment (KFX), yang dibangga-banggakan ternyata sudah dihentikan secara sepihak.

Akibatnya, negara dirugikan sekitar Rp 1,6 triliun dari uang yang sudah disetorkan pada proyek tersebut.


"Kami sudah mendapatkan informasi, dalam beberapa hari belakangan ini, Pemerintah Korea Selatan sudah membatalkan secara sepihak perjanjian pembuatan pesawat tempur KFX," kata Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR, Tubagus Hasanuddin, di Jakarta, Jumat (1/3).


Dia menjelaskan, sebenarnya proyek KFX itu tak pernah secara jelas dilaporkan pemerintah ke DPR.

Secara resmi, lanjut dia, pemerintah tak pernah mengajukan anggaran secara resmi dan terbuka kepada DPR untuk proyek KFX. DPR hanya mendapat laporan dari pernyataan Kementerian Pertahanan (Kemhan) yang dikutip media massa.

"
Dibikin untuk kebutuhan penelitian dan pengembangan. Kemhan mengeluarkan uang Rp 1,6 triliun. Selain itu, sudah ada sekitar 30 orang dari PT Dirgantara Indonesia (DI) yang ikut mendesain pesawat itu di Korea Selatan," ujar Politisi PDI Perjuangan itu.

Dalam waktu dekat, lanjutnya, Komisi I DPR akan segera memanggil Panglima TNI dan Menteri Pertahanan untuk menjelaskan detil masalah terkait proyek KFX tersebut. "
Kerugian ini tanggung jawab Menteri Pertahanan," tandasnya.

Dia juga menyebutkan pembatalan pihak Korea Selatan itu diduga karena masa pemerintahan Presiden SBY akan segera berakhir tahun depan.


Kerjasama Indonesia-Korea Selatan untuk membangun pesawat super canggih, di atas pesawat tempur F-16, sudah bergulir sejak 2001. Proyek itu dibiayai bersama oleh Indonesia dan Korea Selatan. Pemerintah  Indonesia diwajibkan menyetor sekitar 20 persen dari total dana US$ 8 miliar (Rp 80 triliun) yang dibutuhkan.


Seorang pejabat Kemhan pernah menyatakan pemerintah sudah menganggarkan Rp 1,35 triliun untuk keperluan proyek itu. Harapannya tahun ini akan ada lima prototipe pesawat tempur yang sudah selesai.

 Penundaan Jet Tempur Buatan RI-Korea Jangan Berlarut-larut

Senayan | Penundaan pembuatan pesawat jet tempur Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX) yang dilakukan bersama Korea Selatan sangat merugikan Indonesia. Karena, itu dapat mengganggu jadwal upaya modernisasi alutsista TNI.

"Komisi I berharap, alasan teknis penundaan sementara produksi bersama pesawat tempur itu tidak berlarut-larut. Karena jika itu terjadi, jelas akan merugikan pihak Indonesia," ujar Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq kepada JurnalParlemen, Jumat (1/3).


Mahfudz mengatakan, hingga kini pihaknya belum tahu soal alasan yang sebenarnya penundaan itu. Karenanya, masalah ini akan disinggung saat rapat kerja antara Komisi I dengan Kementerian Pertahanan.


"Jujur saja, kita belum tahu alasan sebenarnya penundaan produksi pesawat tempur dengan Korsel itu. Apakah hanya semata alasan teknis saja, atau ada alasan lainnya. Ini yang kita belum tau, dan Komisi I perlu mendapat penjelasan dalam kaitannya ini," tukasnya.


Mahfudz pun meminta Kemenhan untuk mengantisipasinya dengan mencari kerjasama di bidang pertahanan, alih tekhnologi dan produksi Alutsista dengan negara lain yang memiliki sistem pertahanan modern.


Sebenarnya, Komisi I selama ini telah mendorong Kemenhan untuk juga membuka kerjasama pertahanan yang lebih luas dengan Turki sebagai negara bagian NATO yang punya alutsista produksi sendiri. Dan selama ini pihak Turki telah menawarkan diri kepada Indonesia untuk bekerjasama. "Sayangnya Pemerintah RI sejauh ini belum merespons tawaran itu," tukasnya.
 
Sumber : Garuda Meliter 

 

JAT Kedatangan Tamu Seprofesi BJT Dari Perancis

Home base Jupiter Aerobatic Team (JAT) berbeda dari biasanya, mulai (26-28/2) kedatangan rival seprofesinya dalam mengukir dirgantara yaitu Breitling Jet Team (BJT) yang bermarkas di Dijon Prancis.
Mereka datang melintasi langit Yogyakarta menggunakan tujuh pesawat L 39 C Albatros dan landing menggunakan run way two nine.
Kunjungan tim Brietling ke Indonesia merupakan “rangkaian tour dunia dan tim ini telah melaksanakan Tour ke Asia Tenggara sebelum ke Indonesia.
Brietling Jet Team telah singgah ke beberapa negara seprti Philipina, Singapura, Thailan, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia BJT singgah di dua kota yaitu Yogyakarta dan Jakarta, ujar Citra Yahya Humas BJT di Indonesia
Rencananya BJT take off hari kamis (28/2) dari Home base JAT dan akan melaksanakan penerbangan bersama JAT di atas Candi Borobudur yang merupakan Heritage world.
BJT adalah tim aerobatic profesional sipil terbesar didunia. Setiap penampilannya BJT selalu menyuguhkan manuver yang mengundang decak kagum.
Formasi yang kas dari BJT antara lain Rocket, Crossbow, Black Diamont, Blackbird, Avenger dan dan arrowhead.
Namun sayang selama di Yogyakarta BJT tidak melaksanakan acrobatic dan baru bermanuver khasnya di atas Lanud halim Perdana Kusuma.
Brieting Jet Team yang bermarkas di Dijon Prancis dibentuk tahun 2003 dan diawaki oleh Jacques”speedy” Bothelin (leader), Patrick “Gaston” Marchand, Christophe “Douky” Deketelaera, Francois”Ponpon” Ponsot, Bernard “Charbo” Charbonnel dan Frederic “Fredo” Schweil.
Di Home base JAT kemarin diterima oleh Kepala Dinas Operasi lanud Adi Sutjipto Kol Pnb Minggit Tribowo dan Komandan Skadron Pendidikan 102 Letkol Pnb Dedy Susanto, SE.
Sumber : TNI AU

BJT Siap Beraksi Di Langit Jakarta

Breitling Jet Team—tim aerobatik sipil profesional pertama di dunia yang menggunakan pesawat jet, siap beraksi di langit Jakarta, Sabtu (2/3/2013) nanti.
Aksi tim aerobatik yang bermarkas di kota Dijon, Perancis, ini, bisa disaksikan di sekitar Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, sekitar pukul 14.00-15.00 WIB.
Penampilan mereka akan melibatkan bintang tamu tim aerobatik Jupiter dari TNI Angkatan Udara.
Breitling Jet Team (BJT), yang merupakan tim aerobatik khusus pertunjukan terdiri atas tujuh pesawat jet latih tempur L-39 C Albatros buatan Republik Ceko.
Mereka diawaki oleh para pilot profesional yang sebagian besar berpengalaman menjadi pilot pesawat tempur di Angkatan Udara Perancis. Tim tersebut disponsori secara eksklusif oleh pabrikan arloji asal Swiss, Breitling.
Ketua Tim BJT, Jacques "Speedy" Bothelin, mengatakan, penampilan mereka di Indonesia ini menjadi bagian dari tur ke Asia yang direncanakan akan berlangsung sepanjang tahun 2013.
"Di Asia Tenggara, kami tampil di Filipina, Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Thailand," tutur Bothelin.
Mereka telah tiba di Indonesia beberapa hari lalu, tepatnya di Lanud Adi Sucipto, Yogyakarta. Kemudian pada Kamis pagi, mereka melakukan terbang lintas di atas Candi Borobudur sebelum terbang menuju Lanud Halim Perdanakusuma di Jakarta.
Pihak Time International, sebagai distributor arloji merek Breitling di Indonesia dan bertindak sebagai penyelenggara acara ini mengatakan, acara di lingkungan Lanud Halim Perdanakusuma hanya diperuntukkan bagi para undangan.
"Namun masyarakat umum bisa menyaksikan aksi Breitling Jet Team dari sekitar Bandara Halim Perdanakusuma," tutur Hafni Damayanti, Client Services Manager Time International , Kamis (28/2/2013).
Sumber : Kompas

3 Flight Pesawat Tempur F-16 Laksanakan OSUS

Setelah melakukan persiapan, tiga flight pesawat tempur dari Lanud Iswahjudi yang terdiri dari dua pesawat tempur F-16 faighting Falcon, dua pesawat tempur F-5 E/F Tiger II dan dua pesawat tempur Hawk MK 53, terbang melaksanakan Operasi Serangan Udara Strategis (OSUS) untuk menghancurkan “center of grafity” kekuatan musuh.
 
Masing-masing pesawat tempur yang dilengkapi persenjataan berupa bom dan roket tersebut berhasil mengenai target yang telah ditentukan, sehingga kekuatan musuh benar-benar telah lumpuh dan sudah tidak ada kemampuan untuk melakukan perlawanan maupun penyerangan terhadap wilayah NKRI.
Sementara itu sisa kekuatan musuh yang ada, selanjutnya dihancurkan oleh kekuatan pasukan kawan yang telah berada di garis depan pertempuran dan tiga flight pesawat tempur yang telah berhasil menghancurkan obyek-obyek vital kekuatan musuh telah kembali ke pangkalan dan mendarat dengan aman dan selamat di Lanud Iswahjudi.  Dalam pertempuran tersebut terdapat korban dari pihak pasukan kita, sehingga diterjunkan tim SAR untuk mengambil korban serta mengevakuasi dengan Heli Colibri ke Lanud Iswahjudi guna mendapat penanganan medis selanjutnya di rumah sakit Iswahjudi.
Hal tersebut merupakan skenario operasi udara dalam latihan hari ketiga “Elang Gesit tahun 2013” yang digelar Lanud Iswahjudi.  Target penembakan dilaksanakan di ASR Pulung yang diasumsikan sebagai pusat kekuatan musuh. Setelah dilakukan tahapan evaluasi dan konsolidasi serta dinyatakan kekuatan musuh telah dapat dihancurkan, maka operasi udara dinyatakan selesai.
Sumber : Poskota

Paket Empat Engine Sukhoi Tiba Di Makassar

Setelah beberapa hari lalu dua Pesawat Tempur SU-30 MK 2 dari 6 Pesawat pesanan pemerintah Indonesia buatan Rusia memperkuat Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin, Tim penerimaan kedatangan Pesawat tempur Sukhoi Lanud Sultan Hasanuddin Rabu malam (27/2) kembali disibukan untuk menerima kedatangan empat engine Pesawat tempur Sukhoi 27/30 yang diangkut dengan menggunakan Pesawat Antonov AH-124-100 Flight Number RA/82043 dengan Pilot Ustelenov.
Kedatangan Pesawat AH-124-100 yang parkir di Base Ops Lanud Sultan Hasanuddin tersebut disaksikan oleh Komandan Lanud Sultan Hasanuddin Marsekal Pertama TNI Barhim, Para Kepala Dinas, Komandan Satuan, Tim dari Kemhan, Mabes TNI dan Mabesau serta Pejabat dari PT Trimarga Rekatama.
Pesawat AH-124-100 mempunyai panjang badan 68.96 m dan lebar sayap 73.3 m serta tinggi 20.78 m, yang membawa empat engine pesawat tempur SU-27/30 buatan KNAPO (Komsomolsk-na Amure Aircraft Production Association) Rusia, Take off dari Bandara Dzemgi Rusia Selasa (26/2) dengan rute penerbangan Bandara Dzemgi Rusia- Bandara Calcutta (India) - Lanud Sultan Hasanuddin Makassar, yang merupakan satu rangkaian tahapan dari kedatangan enam unit pesawat Temnpur SU-30 MK2 pesanan pemerintah Indonesia buatan Rusia.
Sumber : TNI AU

Dua Sukhoi Su-30MK2 TNI AU Tiba Di Makassar



Dua pesawat tempur Sukhoi tipe SU-30 MK 2 tiba di Pangkalan Udara (Lanud) Sultan Hasanuddin TNI Angkatan Udara, Jumat (22/2/13) malam ini. 


Dua dari enam pesawat pesanan pemerintah Republik Indonesia buatan Rusia ini, mendarat mulus yang diangkut dengan pesawat Antonov AN-124-100  Flight Number VDA 613 yang dibawa pilot Gorbunov Vladimir beserta 17 kru pesawat.



Pesawat angkut AN-124-100 tersebut berangkat dari Bandara Dzemgi, Rusia, Rabu (20/2/13) pukul 00.30 UTC. Dengan rute penerbangan bandara Dzemgi Rusia lalu ke Bandara Ninoy Aq Manila hingga tiba ke Lanud Sultan Hasanuddin Makassar, Mandai, Kabupaten Maros. 



Kepala Penerangan Lanud TNI AU Sultan Hasanuddin, Mayor Mulyadi, mengatakan, kedatangan dua pesawat tempur Sukhoi SU-30 MK 2 ini menambah kekuatan Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin sebagai home base pesawat tempur SU-27 SKM dan SU-30 MK 2 buatan KNAPO (Komsomolsk-na Amure Aircraft  Production Association) Rusia. 



Sebelumnya, sudah ada 10 unit pesawat tempur Sukhoi SU-27 SKM dan SU-30 MK 2 yang datang secara bertahap pada tahun 2003 lalu di Lanud Iswahyudi, Madiun. Selanjutnya di Lanud Sultan Hasanuddin pada 2009 dan 2010. 



Jika enam pesawat pesanan tahun 2013 ini datang semuanya, maka TNI AU memiliki total 16 Sukhoi.






Sumber : MakassarTribun

Sukhoi TNI AU Dalam Perjalanan Ke Makassar



TNI Angkatan Udara kembali menambah kekuatan udaranya dengan kedatangan dua unit jet tempur Flanker, yaitu dua Sukhoi SU-30 MK2. Dua pesawat tempur pesanan pemerintah Indonesia itu sudah diangkut dengan pesawat AN-124-100. 

Direncanakan pesawat pengangkut raksasa tersebut mendarat di Lanud Sultan Hasanuddin Makassar sekitar pukul 22.15 Wita, Jumat (22/2).

"Pesawat angkut AN-124-100 Flight Number VDA 6132 diterbangkan oleh Gorbunov Vladimir, berangkat dari Bandara Dzemgi Rusia, Rabu (21/2) pukul 00.30 UTC dengan rute Bandara Nonoy Aquino Manila langsung menuju Lanud Sultan Hasanuddin Makassar," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Azman Yunus, Jumat (22/2).

Kedua Sukhoi SU-30 MK2 akan menambah kekuatan Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin Makassar. Dua pesawat tempur pemburu ini bergabung dengan SU 27-SKM dan SU-30 MK2 terdahulu.

"Saat ini TNI Angkatan Udara memiliki sepuluh unit pesawat Sukhoi buatan pabrik KNAPO (Komsomolsk-na Amure Aircraft Production Association)," kata Azman.

TNI Angkatan Udara menerima pesawat Sukhoi secara bertahap dari tahun 2003, selanjutnya pada tahun 2009 dan 2010, di Lanud Sultan Hasanuddin Makassar.





Sumber : Merdeka

Besok, Dua Sukhoi SU-MK2 Tiba Di Makassar



Dua pesawat tempur Sukhoi dari Rusia akan tiba di Pangkalan Udara (Lanud) Sultan Hasanuddin Makassar, Jumat (22/2) besok. Dua pesawat ini merupakan bagian dari enam pesawat tempur Sukhoi yang dibeli Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI tahun ini.


Selanjutnya empat pesawat sejenis akan tiba secara bertahap di Lanud Sultan Hasanuddin Makassar. Keberadaan dua pesawat tempur Sukhoi ini akan meningkatkan kemampuan pertahanan udara melalui kekuatan alat utama sistem persenjataan (Alutsista). Saat ini pesawat tempur Sukhoi yang ditempatkan di Lanud Sultan Hasanuddin berjumlah 10 unit.



Kepala Penerangan Lanud TNI AU Sultan Hasanuddin Mayor Muliadi menjelaskan, spesifikasi pesawat Sukhoi yang baru ini hampir sama dengan 10 Sukhoisebelumnya,yang sudah berada di Lanud Sultan Hasanuddin sejak 2010 lalu.“Pesawat ini sama dengan pesawat Sukhoi yang sudah ada saat ini. Tidak ada kelebihan lain,”kata Muliadi. Muliadi menambahkan, dua Sukhoi yang akan tiba memiliki jenis 6006 dan 6007.



Pesawat buatan Rusia ini akan digunakan untuk memperkuat 10 Sukhoi yang ada sebelumnya. Semua pesawat Sukhoi yang ada Lanud Sultan Hasanuddin, kata Muliadi,bertugas menjaga keamanan negara di seluruh Indonesia. “Mengenai spesifikasi pesawat dengan yang lainnya, saya belum bisa sebutkan secara rinci. Apalagi pesawatnya belum datang,” kata Muliadi. 





Sumber : MakassarTerkini

Su-30MK2 Batch Ke-3 TNI-AU


Hanya dalam hitungan hari, Batch ke-3 Flanker pesanan TNI AU segera tiba di tanah air. Dijadwalkan, sebuah pesawat Su-30MK2 akan tiba di Lanud Sultan Hasanuddin Makasar pada Jumat 22 Februari mendatang. Sementara, sebuah lagi pesawat Su-30MK2 dijadwalkan akan tiba  tanggal 27 Februari ke tempat yang sama. Seperti biasa, pesawat Su-30Mk2 itu akan tiba dengan menumpang pesawat AN-124 dalam kondisi terurai. Selanjutnya, perakitan akan dilakukan di Makassar.

Selain pesawat, informasi yang diperoleh ARC juga menyebutkan sejumlah suku cadang juga akan dikirim pada saat yang bersamaan. Salah satunya adalah mesin cadangan bagi keluarga Su-27/30. Seperti kita ketahui, kontrak pengadaan lanjutan yang ke-3 ini meliputi 6 buah Su-30MK2 dan berbagai jenis suku cadang termasuk mesin. Sementara itu, sisa 4 pesawat lainnya diperkirakan akan tiba pada bulan mei 2013, jika tidak ada aral melintang tentunya.

Kontrak 6 buah Su-30Mk2 ini di tandatangangi pada bulan desember 2011 dengan nilai sebesar US$ 470 juta. Dengan pengadaan ini, nantinya TNI AU akan mengoperasikan lengkap 1 skadron sejumlah 16 pesawat, yang terdiri dari 5 buah Su-27SK/SKM dan 11 buah Su-30MK/MK2. Paket persenjataan dibeli dalam kontrak terpisah.
Mengenai persenjataan berupa rudal udara ke udara maupun udara ke permukaan, belum ada informasi resmi kapan akan dikirim. Namun yang pasti saat ini beberapa kru Skadron 11 tengah melakukan pelatihan weapon delivery di Rusia.



Sumber : ARC

Jupiter Aerobatic Team Akan Tampil Di Malaysia



Tim aerobatik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara bernama "Jupiter Aerobatic Team" akan tampil di "Langkawi International Maritime and Aerospace Exhibition 2013", Malaysia, 26-30 Maret 2013.
"Kegiatan itu merupakan ajang pameran kedirgantaraan dan produk alat utama sistem senjata (alutsista) kedirgantaraan," kata Koordinator "Jupiter Aerobatic Team" (JAT) Letnan Kolonel (Letkol) Pnb Dedy "Leopard" Susanto di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, "Langkawi International Maritime and Aerospace Exhibition 2013" yang diselenggarakan di wilayah utara negara Malaysia itu merupakan "event" tahunan yang cukup besar.

"JAT merupakan tim aerobatik kebanggaan Indonesia. Tim aerobatik sebuah negara merupakan salah satu indikator profesionalisme Angkatan Udara (AU)," kata Komandan Skadron Pendidikan (Skadik) 102 itu.

Ia mengatakan JAT sudah berkali-kali diundang negara tetangga untuk menampilkan kemampuannya beraerobatik. Hal itu merupakan kebanggaan TNI AU dan masyarakat Indonesia.

"Hal itu untuk memperkenalkan kepada dunia tentang kemampuan tim aerobatik TNI AU untuk tampil di pentas internasional, sekaligus menunjukkan Bangsa Indonesia juga memiliki putra-putra yang tidak kalah bersaing dalam kancah kedirgantaraan dunia," katanya.

Menurut dia, untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti "event" di Malaysia tersebut JAT melakukan latihan di Pangkalan Udara (Lanud) Adisutjipto Yogyakarta.

"JAT melakukan atraksi manuver seperti jupiter roll, loop, xclover leap, mirror, tango to, dan jupiter roll back, hi "G" turn roll slide, dan break off. JAT masing-masing diawaki Frando Marpaung, HS Romas, Marcelinus, HM Kisha, dan IB Adi Brata," katanya.






Sumber : Analisa IDB

Pilot Pesawat Tempur TNI AU Laksankan Terbang Malam


Selama dua pekan pilot-pilot pesawat tempur Lanud Iswahjudi latihan terbang malam. Ini untuk meningkatkan profesionalisme para penerbang baik keahlian maupun kemampuan.

Terbang malam punya kesulitan yang lebih tinggi karena hanya mengandalkan instrument yang ada di dalam cockpit. Terbang malam tersebut merupakan program kerja Lanud Iswahjudi sebagai pangkalan operasi.     
     
Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna, Selasa (19/2/2013) menekankan kepada para penerbang yang akan melaksanakan terbang malam untuk melaksanakan terbang malam sesuai dengan prosedur dan perhatikan perkembanagan cuaca mengingat saat ini musim hujan, serta tak kalah penting perhatikan keselamatan terbang dan kerja.    
       
Dalam latihan terbang malam tersebut digunakan jenis pesawat F-16/Fighting Falcon, F-5/Tiger II, dan HS Hawk MK-53 dengan area latihan seperti siang hari yaitu Lanud Iswahjudi-Ponorogo-Tulungagung-Nganjuk-Surabaya-Solo, dan Ngawi    




Sumber : Kompas

F-5E Tiger Segera Masuk Museum


Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala, (Muspusdirla) terletak di Pangkalan Udara Adisutjipto itu tersimpan 42 koleksi pesawat terbang. Ke-42 pesawat tersebut tertata dalam dua tempat, yaitu 36 pesawat dalam ruang alutsista dan 6 pesawat lainnya di halaman museum.
 
Sebentar lagi koleksi pesawat ke 43 segera hadir di Museum Pusat TNI Angkatan udara ini. Lahan museum yang luas telah dibangun shelter seluas 20 X 11 M, dengan lantai cor dan tahan gempa. Shelter ini berada di halaman museum Dirgantara Mandala bersebelahan dengan pesawat jenis TU 16 buatan Uni Soviet.
Shelter yang diperuntukkan pesawat jenis F5 ini akan mengisi koleksi pesawat Museum Dirgantara mandala. Pesawat F5 ini telah bersama mengudara selama 33 tahun yang lalu Pesawat buatan Amirika ini di produksi oleh Northrop mulai tahun 1960. namun generasi yang digunakan oleh TNI AU F5 Tiger II
Kepala Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala Letkol Sus Drs. Sudarno, di ruang kerjanya, Jumat (22/2). “Selain pesawat tempur “tempo doeloe”, pesawat A-4 Skyhawk yang pernah memperkuat Skadron Udara 11 dan Skadron Udara 12, sejak tahun 2007 juga menjadi penghuni Museum Dirgantara Mandala. Menurut rencana F5 Tiger menyusul pada bulan Maret 2013, imbuhnya.
Sumber : TNI AU

Tahun Ini Indonesia Dapat Tambahan 6 Pesawat Sukhoi

Komitmen pemerintah Indonesia meningkatkan kemampuan pertahanan melalui kekuatan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) kiranya akan terwujud mulai tahun 2013 ini. Lantaran, Kementerian Pertahanan melalui TNI Angkatan Udara (TNI AU) akan mendapatkan beberapa pesawat seperti T 50 dari Korea dan 6 Pesawat Sukhoi dari Rusia.

"Ada program yg restra pertama yang lima tahunan itu untuk mendatangkan beberapa alutsista. Sebetulnya proses pembangunan pertahanan ini adalah domainnya kementrian pertahanan. Tapi perlu diketahui bahwa dalam tahun ini kita kedatangan pesawat T 50 dari korea, lalu kedatangan pesawat Sukoi dengan jumlah 6 unit lagi," kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya TNI Ida Bagus Putu Dunia.

Hal tersebut disampaikan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya TNI Ida Bagus Putu Dunia di sela-sela acara Rapat Pimpinan (Rapim) TNI AU 2013 di Mabes TNI AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (6/2/2013).

Selain dua pesawat itu, TNI AU juga akan menambah Pesawat tempur jenis Super Tucano yang rencananya didatangkan sebanyak 16 unit. Saat ini baru 4 unit yang sampai di Indonesia.

"Periode berikutnya bertahap 4 unit lagi. kemudian F-16 dari Amerika keseluruhan 24 unit. bertahap akan datang. Diharapkan pertengahan 2014 akan datang 4 unit yang sudah ditingkatkan kemampuannya," tuturnya.

Jendral bintang tiga TNI AU ini juga menjelaskan, untuk meningkatkan alutsista yang semakin kuat, TNI AU ke depan juga rencana ada penambahan Pesawat Hercules dari Australia yang sudah ditingkatkan kemampuannya. "Heli juga ada dengan pengadaan dalam negeri, PT DI. CN 235 dan Casa juga dengan PT DI," pungkasnya.

Anggaran TNI AU 2013 Naik 8,3 Persen

Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya TNI Ida Bagus Putu Dunia menyatakan besar anggaran TNI AU di Tahun Anggaran (TA) 2013 secara keseluruhan tak jauh berbeda dengan TA 2012. Kenaikan tahun ini mencapai 8,3 persen. Kenaikan tersebut untuk anggaran non-pendidikan sebesar Rp 458,1 miliar.

"Dengan kenaikan tersebut, kita perlu betul-betul mengoptimalkan anggaran yang ada dengan membuat prioritas kegiatan dan belanja secara cerdas dan cermat," kata Bagus Putu di sela-sela acara Rapat Pimpinan (Rapim) TNI AU 2013 di Mabes TNI AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (6/2/2013).

Jenderal bintang tiga TNI AU ini menjelaskan anggaran yang ada tersebut, harus diprioritaskan untuk kegiatan dan belanja secara cerdas dan cermat. Sebab untuk alokasi anggaran pemeliharaan dan perawatan alutsista, kenaikannya dinilai sangat kecil.

"Saya memahami bahwa dengan keterbatasan alokasi anggaran pemeliharaan akan berpengaruh terhadap kesiapan alutsista dan kesiapan satuan," tutur Bagus.

Tapi, ungkap Bagus, jika anggaran yang terbatas itu dapat dikelola dengan efektif, efesien, dan benar maka hasilnya adalah peningkatan kesiapan TNI AU. "Saya berharap dengan semangat Swa Bhuwana Paksa, profesionalisme awak pesawat tetap dapat ditingkatkan dan dipertahankan," ucap Bagus.

Sumber : SCTV